Yuk, kenalan dengan sang Bapak Komik Indonesia!
Berbicara tentang sejarah dunia perkomikan di Indonesia, nama sang legenda satu ini tidak boleh dilupakan. Banyak sekali dampak dari karya-karyanya yang dirasakan oleh para komikus muda bahkan hingga saat ini. Siapa lagi kalau bukan sang Bapak Komik Indonesia, R.A. Kosasih.
Biografi
Raden Ahmad Kosasih, atau lebih dikenal dengan R.A. Kosasih, merupakan seorang komikus yang melegenda di Indonesia. Ia lahir di Bogor, Jawa Barat, pada 4 April 1919 dari pasangan Raden Wiradikusuma dan Sumami.
Bakatnya menjadi seorang komikus ternyata sudah terlihat sedari ia kecil. Pasalnya, sedari kecil ia senang sekali dengan menggambar. Kebiasaannya dahulu menunggu ibunya pulang dari pasar untuk melihat potongan komik Tarzan yang ditampilkan pada bungkus belanjaan.
Terlahir dari background keluarga terpandang, R.A. Kosasih berkesempatan untuk menempuh pendidikan di Hillandsch Inlands School (HIS), Bogor, yang dikenal sebagai sekolah elit untuk para bangsawan dan pegawai negeri pada masa itu.
Seusai tamat sekolah, alih-alih berkarier menjadi pegawai negeri, R.A. Kosasih justru memilih untuk menghabiskan waktunya untuk menggambar dan menonton pertunjukan wayang golek.
Perjalanan Karier
Awal mula karier R.A. Kosasih tidak langsung sebagai komikus full-time. Ia memulai kariernya pada 1939 dengan bekerja sebagai juru gambar di Museum Zoologi Bogor. Di situ, tugasnya adalah membuat gambar hewan dan tumbuhan yang nantinya akan dimasukkan dalam buku-buku museum dan pelajaran. Di samping itu, ia sempat bekerja di sebuah koran lokal di Bogor sebagai pembuat komik strip.
Sayangnya, kehidupan R.A. Kosasih mulai berubah karena penindasan yang terjadi selama masa penjajahan Jepang. Namun pada 1953, ketika situasi sudah jauh lebih baik, kebutuhan pekerjaan juru gambar nampaknya mulai banyak bermunculan.
Tak melewatkan kesempatan itu, R.A. Kosasih melamar lowongan yang dibuka oleh surat kabar harian Pedoman di Bandung dan berakhir lolos. Dari keahlian menggambarnya itu membuat dirinya dilirik oleh penerbit Melodie. Penerbit yang bermarkas di Bandung itu mengajak R.A. Kosasih untuk membuat sebuah komik, dan lahirlah Sri Asih.
Sri Asih kemudian menjadi hit kala itu. Bahkan dari 3000 eksemplar cetakannya, semua ludes terjual. Komik ini kerap dianggap sebagai tonggak awal perkembangan komik di Indonesia. Ternyata kesuksesan Sri Asih ini bukan hanya sebuah momentum untuk R.A Kosasih. Pasalnya, komik keduanya bertajuk Siti Gahara juga laku keras di pasaran. Tak berhenti sampai di situ, ia kemudian menciptakan tokoh pahlawan super ketiganya bernama Sri Dewi. Untuk proyek kali ini, komik Sri Dewi diterbitkan oleh Penerbit Maranatha.
Bukan tanpa hambatan, pada masa itu, penerbitan komik sempat terancam untuk berhenti. Sebagai upaya pencegahan, para penerbit komik mulai mengeluarkan inovasi baru yaitu komik pewayangan. Salah satu tonggak penting saat itu adalah seri komik ciptaan R.A. Kosasih bertajuk Mahabharata sejumlah 26 jilid yang memakan waktu 2 tahun lamanya untuk selesai. Selepasnya, R.A. Kosasih terus mengeluarkan berbagai macam komik yang akhirnya menuntunnya untuk mendapat julukan Bapak Komik Indonesia.
Namun, setiap manusia tentu ada masanya. Di usianya yang sudah senja, R.A. Kosasih mulai sering sakit-sakitan. Ia memutuskan untuk berhenti menggambar komik karena tubuhnya kehilangan kemampuan untuk menggambar disebabkan oleh gangguan syaraf yang membuatnya mengalami tremor sebelum akhirnya wafat di usia 93 tahun pada 24 Juli 2012 silam.
Sehari sebelum meninggal, ia meninggalkan pesan kepada pendiri Akademi Samali, Beng Rahadian. Isi pesannya adalah bahwa ia meminta agar namanya digunakan sebagai nama organisasi komik para pemuda atau kegiatan lainnya. Kini, nama tersebut telah diabadikan sebagai ajang penghargaan komik di Indonesia, Kosasih Award. Selain itu, para komikus di Indonesia juga sepakat untuk memperingati hari ulang tahun R.A. Kosasih, tanggal 4 April, sebagai Kosasih Day. Kalau kamu paling suka karya R.A. Kosasih yang mana nih?
Writer : Dinda
Illustrator : Lindha