Kemudahan akses untuk membaca komik yang kita rasakan sekarang tentu bukanlah sesuatu yang instan. Perlu melewati berbagai macam era untuk akhirnya bisa sampai di era ini. Masuknya komik di Indonesia pun tentunya merupakan hasil dari pengaruh beberapa faktor krusial.
Munculnya Komik Strip Pertama
Pada periode awal perkembangan komik di Indonesia, jenis komik pertama yang muncul adalah dalam bentuk komik strip. Ini merupakan pengaruh dari komik barat, terutama dari Belanda. Komik ini biasanya dimuat di dalam surat kabar atau majalah.
Komik strip yang pertama kali diterbitkan di Indonesia adalah komik strip berjudul Put On hasil karya komikus Indonesia keturunan Tionghoa bernama Kho Wang Gie. Put On pertama kali diterbitkan oleh surat kabar mingguan Sin Po pada awal tahun 1931 di kala masa kolonial Belanda. Komik inilah yang kemudian dikenal sebagai komik pertama di Indonesia dan menjadikan Kho Wang Gie sebagai komikus pertama di Indonesia.
Komik Put On ini memuat kisah keseharian seorang pemuda keturunan Tionghoa yang kerap ketiban sial. Komik ini sering menyelipkan unsur komedi dengan karakter jenaka yang disuguhkan sebagai sebuah satir pada masa itu.
Put On telah berjaya selama 30 tahun dengan melewati berbagai zaman dari mulai periode 30-an sampai 60-an. Selama itu juga komik ini kerap berpindah penerbit termasuk majalah Sin Po, Panca Warna, Star Weekly, serta harian Warta Bhakti sebelum akhirnya mengakhiri publikasi pada tahun 1965.
Lahirnya Komik Cetak
Awal dari hadirnya komik cetak atau komik berwujud buku di Indonesia dipelopori oleh berbagai komik terbitan Amerika Serikat (AS). Salah satu komik strip terbitan majalah mingguan Keng Po sejak 1947 berjudul Tarzan. Berbagai komik strip dari AS ini kemudian disatukan menjadi bentuk buku sesuai judul masing-masing.
Di sisi lain, komik bertema pahlawan super juga marak di kala itu. Pada tahun 1954, R.A. Kosasih menerbitkan komik pahlawan super bertajuk Sri Asih untuk pertama kalinya melalui Penerbit Melodie. Beliau kemudian dikenal sebagai Bapak Komik Indonesia hingga saat ini.
Sri Asih yang juga merupakan nama tokohnya, merupakan seorang karakter adisatria pertama sekaligus adisatria perempuan pertama di Indonesia. Komik ini menceritakan tentang kisah petualangan Sri Asih sebagai sosok pahlawan super. Sosok Sri Asih ini terinspirasi dari Wonder Woman, tokoh pahlawan super di AS.
Tercetusnya Komik Bertema Pewayangan
Dalam perkembangannya, eksistensi komik di Indonesia tidak semulus yang dibayangkan. Tenaga pengajar atau guru pada masa itu menganggap bahwa komik-komik yang telah beredar itu tidak mendidik dan bisa berbahaya untuk pikiran anak- anak.
Di tahun yang sama dengan boomingnya Sri Asih, golongan yang kontra dengan keberadaan komik sempat berupaya untuk membuat produksi komik di Indonesia berhenti. Namun tentu saja penerbit komik lokal berusaha untuk melawan. Mereka membuat evolusi komik yang sesuai dengan budaya Indonesia yaitu komik bertema wayang. Hal ini memancing antusias masyarakat sekaligus membantah narasi bahwa komik itu tidak mendidik.
Beberapa buku komik bertema wayang yang berhasil diterbitkan waktu itu termasuk Lahirnya Gatotkaca yang diterbitkan oleh penerbit Keng Po, komik Raden Palasara karya Johnlo, Ramayana, dan seri Mahabharata karya R.A. Kosasih.
Selain itu, para komikus juga mengambil ide cerita dari legenda Indonesia seperti Lutung Kasarung, Sangkuriang, Nyi Roro Kidul, Roro Jonggrang, Sedjarah Lahirnja Rejog, Ande-ande Lumut, dan lebih banyak lagi.
Hingga tiba masanya dunia perkomikan mencapai masa jayanya pada awal tahun 1970-an dengan rilisnya beberapa judul komik yang masih terkenal hingga sekarang termasuk Si Buta dari Goa Hantu karya Ganes T.H. dan Gundala Putra Petir karya Hasmi. Komik-komik tersebut dicetak secara massal dan kemudian didistribusikan secara luas hingga menjangkau banyak lapisan masyarakat.
Sayangnya, dengan adanya krisis ekonomi di Asia pada akhir 1990-an, industri komik juga ikut merasakan dampaknya. Tak sedikit penerbit kecil yang memutuskan untuk gulung tikar. Namun, di titik inilah banyak muncul komikus independen yang tetap menghasilkan karyanya.
Meski sempat terhambat oleh krisis, berkembangnya teknologi dan internet memberikan dampak positif kepada para komikus Indonesia. Komik lokal perlahan bangkit kembali semenjak penggunaan internet semakin marak di Indonesia. Hal ini membuat komikus lokal berkesempatan untuk menunjukkan karyanya. Seiring berjalannya waktu, komik digital dan webcomic pun mulai populer dan semakin eksis hingga saat ini.
Berbagai platform baca komik digital pun sudah merajalela, dari mulai yang legal hingga illegal. Memang sedikit disayangkan karena platform atau website baca komik illegal masih digemari oleh banyak orang dengan berbagai alasan. Terutama orang-orang yang ingin membaca komik luar negeri yang tida tersedia di platform legal mana pun di Indonesia. Meski begitu, pembacaan komik melalui website illegal kurang disarankan untuk dilakukan karena dapat menjadi kebiasaan buruk. Kalau kalian lebih suka baca komik cetak atau komik digital nih?
Di artikel berikutnya, mimin bakal bahas beberapa author yang berpengaruh di dunia perkomikan Indonesia nih. Penasaran siapa aja? Pantau terus di Koolom ya!
Writer : Dinda
Illustrator : Lindha